Paskibra Patriot Bangsa Hari Kemerdekaan RI ke-79 tahun
Cakratara.com – Kini kita memasuki bulan Juli. Sebentar lagi Agustus. Bulan dimana hampir setiap hari penuh dengan keriuhan dan keramaian. Ya, dalam rangka agustusan. Memeringati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Tahun ini untuk yang ke-79 tahun.
Ada banyak kegiatan untuk menyambutnya. Mulai dari ragam perlombaan, pentas musik, hingga persiapan pelaksanaan upacara. Untuk petugas upacara, telah disiapkan jauh hari. Termasuk anggota Pasukan Pengibar Bendera atau Paskibra.
Menjadi anggota Paskibra menjadi impian banyak siswa. Turut menjadi bagian dari pengibar bendera merupakan kebanggaan tersendiri. Baik di tingkat kecamatan, kabupaten, dan provinsi. Apalagi di tingkat nasional. Bisa bertemu dengan Presiden.
Dalam sebuah pelaksanaan upacara, pengibaran bendera merupakan bagian yang paling sakral. Saat bendera berkibar, Indonesia Raya menggema. Terasa, nasionalisme merasuk ke dalam jiwa. Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya.
Agar pengibaran bendera ketika upacara berjalan dengan sempurna, butuh waktu yang tidak sedikit. Makanya, diperlukan persiapan dan kesiapan. Persiapan menjadi bagian dari kelompok pengibar, dan kesiapan mental karena akan menjadi pusat perhatian.
Anggota Paskibra jauh-jauh hari berlatih dibawah binaan para senior. Mereka menularkan pengalamannya. Kadang melibatkan unsur tentara. Bila tingkat kecamatan, anggota Komando Rayon Militer atau Koramil menjadi bagian unsur pelatih.
Begitu juga untuk level kabupaten atau kota, provinsi, dan tingkat nasional. Untuk tingkat nasional, bahkan mereka diseleksi beberapa bulan sebelum hari H tiba. Dengan syarat yang ketat, baik prestasi akademik maupun kondisi fisik.
Kita kerap menyaksikan, untuk tingkat kecamatan saja, persiapan untuk menjadi bagian dari pengibar bendera itu cukup panjang dan banyak menguras energi. Latihan baris berbaris dilakukan setiap pekan. Kadang siswa izin belajar, demi jadi pengibar.
Karena mesti meninggalkan kelas, pastinya tertinggal pelajaran. Karena mesti tampil prima, pastinya menjaga kondisi kesehatan. Karena jarak yang mesti ditempuh, pastinya keluar dan butuh pembiayaan. Ada banyak pengorbanan.
Karenanya, terlalu mahal dan terlalu besar taruhannya, bila seluruh proses yang tidak gampang itu, hanya untuk sekedar menjadi pengibar bendera ketika upacara peringatan hari kemerdekaan. Lalu selesai dan setelahnya cukup merasa absah sebagai alumni Paskibra.
Mereka yang dididik dengan cucuran keringat, tenaga, biaya, dan waktu belajar di kelas yang tertunda, diharapkan menjadi pribadi dan generasi yang tumbuh dengan semangat nasionalisme dalam rangka merawat dan menjaga NKRI.
Tujuan jangka panjang seperti itulah sejatinya yang mesti menjadi perhatian utama. Bukan sekedar tampil gagah dengan derap langkah saat menuju tiang bendera, lalu difoto diabadikan dibingkai dan menjadi pajangan di dinding rumah.
Hasil latihan baris berbaris yang sarat dengan kedisiplinan dibawah binaan Koramil setempat, tidak selesai ketika mereka tuntas mengibarkan bendera dengan sempurna hingga diujung tiang. Tumbuhnya nasionalisme itulah yang menjadi investasi jangka panjang.
Karenanya, menjadi anggota Paskibra bukan semata belajar tentang tata cara baris berbaris saja. Tetapi juga bisa dijadikan media untuk membentuk kepribadian, menumbuhkan kepedulian kepada sesama, dan untuk menanamkan rasa cinta pada tanah air.
Dengan begitu, anggota Paskibra tidak hanya tidak takut salah, tidak takut kalah, tidak takut jatuh, tidak takut mati, dan pantang menyerah sebelum berhasil, yang adalah motto dari Paskibra, tetapi juga patriot pengamal, penebar, dan penjaga NKRI. Merdeka!
_Penulis adalah Sekretaris Bidang Dakwah Pengurus Besar Mathlaul Anwar_
Ocit Abdurrosyid Suddiq